Al Hikam Hikmah 156
Wednesday, March 9, 2016
1 Comment
Hikmah ke 156
Bahasan kali ini, mengkaji tentang Hawa Nafsu, Firman Alloh SWT dalam Al-Qur'an banyak diantaranya yang menyinggung tentang HAWA NAFSU : salah satunya dalam QS. Yusuf ayat 53
Artinya :
Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Sebelumnya kita harus tahu dulu apa itu nafsu, bagaimana sifat-sifat nafsu ?
Nafsu adalah elemen jiwa (sebuah unsur RUH ) yang bisa berpotensi mendororng pada Tabiat, baik itu amal baik ataupun amal buruk, nafsu sebenarnya masih termasuk golongan ruhniyin رحاني ini sesuai dengan firman Alloh SWT QS. At-Takwir ayat 7 :
Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)
kalimat Nufus/Nafsu dalam ayat ini di artikan dengan RUH, jadi jelas bahwa nafsu itu adalah bagian dari Ruhani juga, atau dengan kata lain Nafsu itu Ruhani, dan Ruhani itu Nafsu...hehe..eits jangan Panik saudara ini juga sesuai dengan pendapat Syeikh Hujatul Islam yakni Al Imam Ghazali
lalu bagaimana sifat-sifatnya Nafsu ? sifat nafsu diantaranya, dia tidak tahu akan Alloh SWT, Nafsu hanya melihat pada Dzohirul Maujudat saja ( melihat luarnya saja ), nafsu juga suka menentang kepada Alloh SWT
tapi Nafsu yang demikian adalah nafsu-nafsu yang tidak diberi rahmat Oleh Alloh, lalu ada nafsu yang diberi rahmat, jelas ada, karena nafsu ada yang baik ada yang buruk, lalu apa manfaatnya Alloh membuat nafsu, apa ada manfaatnya ? jelas ada manfaatnya, karena adanya nafsu hidup seseorang akan lebih berarti dan bermakna di iringi dengan penuh perjuangan dalam hidup. maka dengan itu Nafsu itu ada tingkatan-tingkatannya sesuai dengan pendapat Syeikh Muhammad Nawawi Al Jawi, membagi Nafsu menjadi 7 bagian atau Marotibun Nafsi diantaranya :
- Nafsu Amaroh itu tempatnya ada di الصدر ( dada ) pembawannya kepada hal-hal yang negative diantaranya : Bakhil (pelit) Al Hirshu ( Tamak, Rakus , Takabur, Hubbud dunya ( cinta dunia lupa akhirat) dan lain-lain.
- Nafsu Lawwamah ini tempatnya ada di Qolbu tepatnya 2 jari di bawah susu sebelah kiri pembawaanya, suka lupa, suka dzalim, mencela orang lain, menipu, membanggakan diri, mengupat, pamer amal dan sebagainya
- Nafsu Mulhimah atau Mulhamah tempatnya ada di ruh, tepatnya 2 jari di bawah susu sebelah kanan,nafsu ini pembawannya sudah mulai baik atau nafsu yang udah diberi Rahmat Alloh SWT. diantaranya, merasa cukup, suka Taubat, Tawadhu, tanggung jawab
- Nafsu Mutmainnah nafsu yang baik, yang pembawannya kalau di orang kaya bersifat Dermawan, Tawakal, suka beribadah, tempatnya berada di SIR
- Nafsu Rodiah tempatnya di jantung yang berfungsi menggerakan seluruh anggota tubuh pembawannya yang paling utama adalah sifat Juhud terhadap dunia
- Nafsu Mardiah
- Nafsu Kamilah nah saudara itulah bagian Nafsu yang perlu atau sangat penting kita kaji sehingga kalau sudah paham kita akan menjaga nafsu dalam diri ini supaya yang timbul dari Qolbu itu nafsu yang baik tempatnya di al Akhfa (sangat samar)
Saudara..kita kembali ke tema yaitu inti dari mutiara hikmah yang 156 itu adalah,, bagian Nafsu dalam hal keburukan yang ada dalam diri kita seperti berbuat maksiat, itu sudah pasti Dzohirun Jaliyun, sedangkan bagian Nafsu dalam amal kebaikan itu sangatlah samar, sehingga kita terkadang tidak sadar bahwa yang kita lakukan seperti ibadah sholat , shodaqoh, tilawatil Qur'an dsb itu ibadat fatamorgana yang kelihatannya saja bagus, tapi dikarenakan dalam pelaksanaanya masih terdorong dengan perasaan yang salah
contohnya :
seperti perasaan yang bahagia ketika beribadah ada dalam pandangan orang lain, ada semangat ketika beribadah banyak orang dan ada yang memuji, maka yang demikian itu adalah Haddun Nafsi Fitho'at, yakni masih terbilang amal yang cacat dalam ubudiahnya ( tasawufnya ),
Bahkan terkadang yang berbuat amal kebaikannya itu tidak sadar akan kesalahannya itu, maka di lanjut dalam keterangan selanjutnya bahwa tidak akan melihat pada kesalahan dalam beribadah yang disebutkan diatas kecuali orang-orang yang mempunyai pandangan ke dalam ( hakikotul Maujudat )
dan untuk menyembuhkan diri kita dalam amala yang cacat ubudiyahnya ( Tasawufnya ) tiada lain dengan mengingatnya ( Dzikir ) akan ke Maha Besarannya, walaupun Syeih Ibnu Athoillah dalam lanjutan redaksi hikmahnya : menyebutkan betapa susahnya menghilangkan/menyembuhkan bagian Nafsu dalam Keta'atan yang sangat samar dalam beribadah itu sangat sulit, beliau juga mengatakan sangat sulit apalagi kita ..wah sangatt sulit, tapi ingat hanya dengan PertolonganNya lah kita akan menghilangkannya
artinya : dan untuk menyembuhkan hal yang samar dalam diri kita sepeti Haddun Nafsi fi tho'at itu sangat sulit
saudaraku jadi kita dapat beri kesimpulan : Bahwa Bagian Nafsu dalam Maksiat sudah sangat jelas dikarenakan itu perbuatan Dosa, seperti berjina, berjudi., sedangkan bagian Nafsu yang sangat samar dan sangat sulit di sembuhkan , dikarenakan orang yang melakukan kesalahannya itu tidak sadar dengan kesalahannya itu maka tentulah sulit untuk di sembuhkan contohnya seperti ibadah hanya terdorong oleh kebanyakan orang, atau hanya ingin di muliakan orang lain dengan berbuat amal tersebut, tidak sadar bahkan merasa benar, maka yang demikian itu sulit untuk mengobatinya/disembuhkannya.
Mudah-mudahan hati kita dibersihkan , sehingga ketika kita beramal dan ada perasaan bahagia ketika di lihat orang lain atau dengan beramal itu kita ada keinginan supaya lebih di muliakan orang, kita cepat menyadarinya dan bisa memperbaikinya . Amiin
Masya Allah
ReplyDelete